Meroketnya nilai harga dari kacang kedelai yang merupakan bahan baku utama tahu dan tempe semakin meresahkan pengrajin ahu-tempe. banyak pengrajin tahu-tempe memutar–mutar otakmereka karna ongkos produksi pembuatan tahu-tempe pun ikut meningkat tajam.
Di Sulawesi selatan tepatnya di kota Makasar contohnya. Pengrajin tahu-tempe mendapatkan ancaman gulung tikar alias bangkrut. Untuk mengatasi ancaman tersebut, mereka pindah dan beralih ke kacang kedelai Indonesia. Kualitas kacangnya pun memang tak sebaik dari kacang kedelai impor dari luar. Dan langkah lainnya adalah mereka mengecilkan ukuran tahu-tempe mereka agar produksi tetap bertahan.
Di lain temepat tepatnyad di Kuningan, Jawa barat, pengrajin tahu-tempe mengandalkan pasokan kedelai dari Negara Australia. Kedelai local kata mereka, kurang bagus. Naiknya harga kacang kedelai ini mengakibatkan marginal pendapatan perajin ini menurun drastis.
Menteri Perdagangan Indonesia Mari Elka Pangestu, beberapa waktu yang lalu menegaskan pemerintah akan berjanji mengatasi kondisi tersebut. Pemerintah hendaknya lebih mengantisipasi masalah harga kedelai yang melambung tinggi ini.
Dan survei membuktikan dari versi Kementerian Perdagangan Indonesia, naiknya harga kedelai didasarii bea masuk yang belum juga diturunkan. Sebelumnya Mendag ini pun menegaskan bahwa impor kacang kedelai ini tak lagi dikenakan bea masuk alias nol persen.
Impor kedelainya pun menjadi suatu jawabannya mengingat produksi kacang kedelai dalam negeri kita kian merosot tajam. Saat ini produksi kacang kedelai lokal rata-rata mencapai 900 ribu ton setiap tahunnya. Sementara kebutuhan kacang kedelai bangsa Indonesia mencapai 1,7 juta ton setiap tahun. (bbg.006)